Monday, April 15, 2013

Imperfection [Ficlet]

Title: Imperfection
Length: Ficlet (1.055 words)
Author: Jyu
Genre: Romance, Fluff
Casts:
- Lee Taemin (SHINee)
- Kim Sookyung (OC) 

---

Sekilas, Lee Taemin dan Kim Sookyung nampak seperti pasangan pada umumnya. Namun ada satu hal yang membuat mereka berbeda – ketidaksempurnaan fisik mereka. Taemin adalah seorang tuna netra, sementara Sookyung adalah seorang tuna rungu. Taemin tak pernah dan takkan pernah bisa melihat kecantikan Sookyung, sementara Sookyung tak pernah dan takkan pernah bisa mendengar suara emas Taemin. Terkadang banyak orang heran bagaimana mereka bisa saling jatuh cinta.

Pertama mereka bertemu adalah ketika teman Sookyung – yang juga merupakan teman Taemin – yang bernama Jiyu mengenalkan mereka berdua. Saat itu Sookyung sedang berduka karena kakak semata wayangnya tewas dalam sebuah kecelakaan. Jiyu fikir, mungkin mengenalkan Sookyung kepada Taemin bisa membuat Sookyung setidaknya sedikit lebih ceria.

Komunikasi tentu saja susah pada awalnya. Sebenarnya, Sookyung tidak masalah kalaupun Taemin tidak bisa berbahasa isyarat – dia sudah terbiasa membaca bibir. Namun sebagai seorang tuna rungu, otomatis Sookyung menjadi tuna wicara juga, bukan? Walau sebenarnya sebelum Sookyung kehilangan pendengarannya dia dapat berbicara layaknya orang normal, dia tak pernah mau berbicara lagi sejak dia tak lagi bisa mendengar suara – takut salah ucap atau semacamnya. Oleh karena itu, Sookyung selalu meminta bantuan Jiyu untuk menjadi penerjemah.

Taemin tentu juga mempelajari bahasa isyarat, karena Jiyu takkan mungkin bisa selalu menjadi penerjemah di antara mereka berdua. Kalian tau Hellen Keller? Orang-orang berkomunikasi dengannya dengan cara berbahasa isyarat di telapak tangannya. Itu cara Taemin mempelajarinya. Dalam waktu setengah tahun, Taemin dan Sookyung sudah bisa berkomunikasi tanpa ada penerjemah di antara mereka. Mereka mulai menjalin hubungan sebulan kemudian.

---

Sore itu, Taemin sedang memainkan piano tua peninggalan kakeknya. Ya, walau Taemin adalah seorang tuna netra, dia bisa memainkan piano dengan sempurna. Jemarinya yang lentik menekan tuts hitam dan putih piano dengan luwesnya, sehingga terlihat seakan jemarinya sedang menari di atas tuts-tuts piano tersebut. Setiap nadanya terdengar sempurna, tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Sookyung melihat kekasih hatinya sedang bermain piano seperti biasanya, lantas langsung dihampirinya. Tangannya menepuk perlahan bahu Taemin, memintanya untuk bergeser sedikit. Taemin yang hafal benar dengan sentuhan Sookyung, langsung menggeser posisi duduknya dan membiarkan Sookyung duduk di sebelahnya sambil menyandarkan kepalanya di pundaknya. Sungguh sangat damai terasa. Setelah menyelesaikan satu lagu, Taemin meletakkan tangannya di atas tangan Sookyung. Sookyung meraih telapak tangan Taemin dan membukanya.

“Permainan pianomu sungguh sempurna,” Sookyung mengisyaratkannya ke telapak tangan Taemin. Taemin tertawa pelan.

“Kau mengejekku atau bagaimana? Kau bahkan tak bisa mendengarnya,” kata Taemin, menyanggah pujian Sookyung.

“Tanpa mendengarnya pun aku tau bahwa permainan pianomu sempurna,” Sookyung mengisyaratkan.

“Terima kasih,” kata Taemin sambil merangkul kekasihnya itu. Dihelanya sebuah nafas panjang, sebelum kemudian berkata, “Aku benar-benar ingin mendengar suaramu. Katakan sesuatu padaku.”

Sookyung meraih telapak tangan Taemin, kemudian mengisyaratkan, “Tidak mau. Lagipula, aku tidak bisa mendengar suaramu. Tidak adil.”

“Tapi kau kan bisa melihat wajahku, sementara aku tidak. Ayolah, katakan sesuatu. Sebut namaku,” pinta Taemin sekali lagi.

Pada awalnya Sookyung cemberut, tetapi yang dikatakan Taemin ada benarnya. Tidak adil memang, Sookyung walau tidak bisa mendengar suara Taemin, dia masih bisa melihat wajah Taemin. Sementara Taemin? Karena Sookyung tidak pernah mau berbicara dan dia adalah seorang tuna netra, Taemin tak bisa mendengar suara Sookyung maupun melihat wajah Sookyung. Setelah menghela nafas, akhirnya Sookyung mengalah dan mencoba untuk berbicara lagi setelah lama membisu.

“Tae.... Min?” katanya, sedikit ragu. Kemudian ia mengisyaratkan sesuatu ke telapak Taemin. “Aku menyebut namamu dengan benar kan?”

Jantung Taemin berhenti berdetak sejenak mendengar suara Sookyung. Suara Sookyung terdengar begitu indah di telinganya. Dia tersenyum lebar, kemudian merangkul Sookyung erat-erat. “Iya, kau menyebutkannya dengan sempurna. Suaramu benar-benar indah, Sookyung-ah.”

---

Hari ini merupakan hari terindah dalam hidup Taemin dan Sookyung.

Taemin mendapat donor mata, jadi dia bisa melihat lagi. Tabungan ayah Sookyung juga sudah cukup untuk membiayai operasi telinga Sookyung, jadi Sookyung bisa mendengar lagi. Sungguh mereka tak sabar untuk bertemu.

Mereka memutuskan untuk bertemu di kafe tempat mereka pertama kali bertemu. Sookyung yang ditemani oleh Jiyu – seperti biasanya – menunggu dengan manis di pojokan favoritnya. Jantungnya berdebar kencang seakan bisa copot kapan saja.

“Bagaimana suara Taemin? Apakah berat? Atau mungkin seperti anak kecil? Apakah dia cerewet?” tanya Sookyung kepada Jiyu yang sedang menyeruput coffee cream-nya. Jiyu menggeleng mantap.

“Aku tidak mau memberitahu. Toh nanti kau akan tau sendiri, kan?” kata Jiyu sebelum kembali menyeruput sedikit coffee cream.

“Tapi aku penasaran, Jji-ya! Kau tau kan, aku selalu ingin mendengar suara Taemin. Sungguh tidak dapat dipercaya, setelah ini aku bisa mendengar suaranya! Kapan dia akan datang? Aku benar-benar tidak sabar!” celoteh Sookyung, Jiyu jadi pusing dibuatnya.

“Sungguh Kyungie, kau jadi sangat cerewet. Padahal sebelum kau kehilangan pendengaranmu dulu, kau tak secerewet ini,” keluh Jiyu. Sookyung hanya cekikikan pelan mendengar keluhan sahabatnya itu.

“Ah, aku merindukan suaramu,” kata Sookyung sambil memeluk erat Jiyu. Dan saat itu juga Taemin memasukki kafe. Sookyung melihatnya, kemudian ia menarik-narik baju Jiyu. “Jji, itu Taemin.”

Jiyu menoleh ke pintu kafe, didapatinya Taemin sedang mengamati setiap sudut kafe – mencari seseorang. Jiyu setengah meneriakkan nama Taemin, membuat yang dipanggil menoleh ke arahnya. Tampak Taemin terdiam sejenak sambil memandang lurus ke arah Sookyung. Sookyung tersenyum padanya, membuat Taemin tersadar dan segera menghampirinya.

“Duduklah,” Jiyu mempersilahkan sambil menunjuk kursi kosong di depan Sookyung. Kemudian dilihatnya jam di tangan kirinya. “Oh, maaf. Aku harus pergi sekarang, aku ada janji dengan seseorang. Tidak apa-apa kan kalau kalian aku tinggal berdua saja? Baiklah, aku pergi dulu ya!” pamit Jiyu, yang kemudian meninggalkan Taemin dan Sookyung berdua tanpa menunggu jawaban dari mereka.

Taemin dan Sookyung hanya terdiam, saling bertatap mata. Akhirnya Sookyung tidak tahan, kemudian berkata, “Baik, kau sudah tau bagaimana wajahku. Sekarang ucapkan setidaknya satu kata, aku benar-benar sudah tidak sabar ingin mendengar suaramu.”

Seulas senyum lebar terbentuk di wajah Taemin, diiringi dengan suara tawa kecil. “Kurasa aku telah jatuh cinta kepadamu lagi. Kau benar-benar cantik,” kata Taemin, membuat lawan bicaranya tersipu-sipu malu.

“Suaramu juga sangat indah, Taeminnie. Tak dapat dipercaya, aku bisa mendengar suaramu dan kau bisa melihat wajahku. Omong-omong, kau pernah berjanji akan memainkan lagu buatanmu untukku. Ingat?” kata Sookyung, menagih janji Taemin sebulan lalu – sebelum mereka dioperasi.

“Lagu? Oh, lagu itu. Lupakan, lagu itu terdengar sangat buruk. Kau takkan menyukainya,” Taemin mencoba menghindar. Sookyung cemberut mendengarnya, kemudian merengek sambil menarik-narik lengan kaus Taemin.

“Curang! Aku tak peduli lagu itu buruk atau tidak, kau sudah berjanji akan memainkannya!”

Dan mereka pun menghabiskan hari itu dengan berjalan-jalan berdua, hanya berdua.

Memang, tiada manusia yang sempurna – kesempurnaan hanya milik Tuhan. Namun setiap manusia pasti memiliki satu hal yang membuat dirinya merasa sempurna. Bagi Taemin, Sookyung-lah sempurnanya, dan bagi Sookyung, Taemin-lah sempurnanya.

No comments:

Post a Comment